DASA AKSARA
PUTU CINTIA
OKTARI DEWI
ABSTRAK
Dasa Aksara terdiri atas 10 aksara suci
atau wijaksara, yaitu : Sang, Bang,
Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, dan Yang. Kesepuluh dari aksara ini
berasal dari delapan buah aksara wianjana
(sa, ba, ta, na, ma, si, wa dan ya) dan dua buah aksara suara (a dan i). Kalau kesepuluh aksara
ini dirangkai dalam kata-kata akan terbentuk sebuah kalimat, yang bunyinya
sebagai berikut : sabatai nama siwaya. Masing-masing dari aksara ini mempunyai linggih, genah, sthana (tempat,
kedudukan) baik di dalam badan manusia (bhuana
alit, mikrokosmos), maupun di alam raya (bhuana agung, makrokosmos). Di tempat linggih, kedudukan, letak atau sthana
dari tiap aksara ini bersemayam pula di tempat itu para Dewa, Sang Hyang atau Batara, lengkap dengan lambang warna, senjata dan simbol
perwujudannya.
Dasa Aksara ini terbagi atas dua buah
kelompok yang disebut Panca Brahma (agni,
api) dan Panca Tirta (apah, air).
Panca Brahma terdiri atas aksara Sang, Bang, Tang, Ang dan Ing, atau Sa-ba-ta-a-i. Sedangkan Panca Tirta terdiri atas Nang, Mang, Sing, Wang dan Yang, atau Na-ma Si-wa-ya. Dasaksara sering pula dikaitkan dengan dasa bayu, sepuluh kekuatan bayu, energy, prana atau angin. Oleh karena bayu
itu berarti pula prana, maka dasa bayu ini disebut pula dasa prana. Dasa bayu inipun dibagi atas
dua kelompok berdasarkan atas hubungan kekuatannya dengan para dewa dan gerakan
manusia. kelompok I memendam bayu, tenaga,
energy, yang berhubungan dengan kekuatan para dewa, terdiri atas: prana, udana, samana, apana, dan wyana. Sedangkan kelompok II yang
memiliki bayu, tenaga, energy, yang
erat hubungannya dengan kekuatan gerak manusia, terdiri atas: naga, kurma (kumara), krakara, dewadatta, dan
dhananjaya.
Dasa Aksara yang bertempat baik di dalam
tubuh manusia (bhuana alit) dan di jagat raya (bhuana agung), juga memiliki
keterkaitan dengan Dewata Nawa Sanga. Dewata Nawa Sanga merupakan Sembilan dewa
yang berfungsi sebagai penjaga atau penguasa Sembilan arah mata angin/penjuru
alam. Aksara sa-ba-ta-a-i-na-ma si-wa-ya yang termasuk ke dalam dasa aksara
juga merupakan aksara suci dari Dewata Nawa Sanga.
I. PENDAHULUAN
Agama
merupakan suatu keyakinan yang dianut oleh setiap manusia. Ada banyak agama
yang terdapat di dunia. Seperti agama Hindu, Islam, Kristen Katolik, Kristen
Protestan dan Budha. Kata Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang mempunyai
arti aturan tradisional yang suci atau karya suci. Agama berasal dari dua kata
yaitu ‘A’ dan ‘Gam’. ‘A’ artinya tidak dan ‘Gam’ artinya pergi. Jadi Agama
artinya tidak pergi atau langgeng. Agama Hindu merupakan sebuah agama yang
paling mendominasi di suatu daerah khususnya di Pulau Bali. Di dalam agama
Hindu terdapat simbol-simbol yang digunakan sebagai perwujudan Tuhan.
Simbol-simbol tersebut ada yang berbentuk patung, arca, aksara suci dan
lain-lain.
Aksara
suci sering digunakan dalam rangkaian upacara yadnya yang ditulis di sebuah
kain dan di letakkan di banten ataupun di pajang di masing-masing pelinggih dan
di pintu rumah. Kain yang bertuliskan aksara suci itu disebut ulap-ulap. Aksara
suci yang terdapat dalam agama Hindu memiliki arti tersendiri.
Di
Bali, aksara suci mempunyai bagian-bagian yang salah satunya disebut dengan
aksara suci Wijaksara, namun lebih
sering dipergunakan adalah kata bijaksara,
karena huruf w = b; misalnya panca walikrama = panca balikrama. Aksara
Wijaksara termasuk ke dalam Dasa Aksara. Aksara suci wijaksara ini sering digunakan oleh para Balian atau dukun Hindu
sebagai salah satu sarana pelengkap dalam dunia usada atau pengobatan. Penggunaan aksara ini dimaksudkan agar
upacara keagamaan (yadnya) dan pengobatan (usada) yang dilaksanakan bersifat
suci, dan upacara atau pengobatan yang diterapkan mendapat kekuatan magis
religius di dalam diri manusia. Aksara suci ini pada umumnya menggunakan aksara
wijaksara atau bijaksara, yakni aksara swalalita
disertai dengan penganggenya. Atau
penggunaannya digabung antara aksara swalalita
dengan wreastra dan modre dalam pengobatan.
Dalam
dunia keagamaan dan pengobatan (usada) di Bali dikenal beberapa kelompok aksara
suci wijaksara atau bijaksara, namun yang sering
dipergunakan dalam pengobatan misalnya sapta
aksara (tujuh aksara), dasa aksara (sepuluh
aksara), catur dasa aksara (empat
belas aksara), dan sad dasa aksara (enam
belas aksara).
II. PEMBAHASAN
Menurut lontar atau
buku Usafda Tiwas Punggung (Punggung Tiwas), Dasa Aksara ini terdiri atas 10
aksara suci atau wijaksara, yaitu :
Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, dan Yang. Kesepuluh dari
aksara ini berasal dari delapan buah aksara wianjana
(sa, ba, ta, na, ma, si, wa dan ya) dan dua buah aksara suara (a dan i). Kalau kesepuluh aksara
ini dirangkai dalam kata-kata akan terbentuk sebuah kalimat, yang bunyinya
sebagai berikut : sabatai nama siwaya. Kalimat ini merupakan ungkapan doa untuk
memuliakan Dewa Siwa (nama Siwaya). Di
antara para dewa, Sang Hyang Siwa paling dimuliakan oleh umat Hindu di Bali,
karena kebanyakan dari mereka menganut ajaran Siwa Siddhanta. Dewa-dewa yang
lain tetap dihormati, tetapi tidaklah semulia dewa Sang Hyang Siwa, karena dewa
tersebut merupakan perwujudan Dewa Siwa juga ketika sedang melaksanakan fungsi
atau tugasNya.
Bagi mereka yang ingin
mempelajari Dasa Aksara ini untuk memahami inti ajarannya dengan benar dan
mampu meresapkan ke dalam sanubarinya harus melalui suatu upacara yang disebut
Pawintenan Sastra Mautama (Maha Utama), suatu upacara untuk penyucian diri,
baik sthula sarira (jasmani) maupun suksma sarira (rohani). Bila hal ini
tidak dilaksanakan maka kemungkinan akan mendapat halangan dalam proses
pembelajarannya, sehingga tidak tercapai apa yang dituju, sebagai Balian Usada.
Masing-masing dari
aksara ini mempunyai linggih, genah,
sthana (tempat, kedudukan) baik di dalam badan manusia (bhuana alit, mikrokosmos), maupun di
alam raya (bhuana agung, makrokosmos).
Di tempat linggih, kedudukan, letak
atau sthana dari tiap aksara ini
bersemayam pula di tempat itu para Dewa, Sang
Hyang atau Batara, lengkap dengan
lambang warna, senjata dan simbol perwujudannya.
Agar lebih memudahkan
untuk mempelajari kaitan antara linggih
(sthana), dewa, beserta perlambangannya dengan Dasa Aksara akan dibuat
tabel atau matriks (modifikasi dari isi lontar Krakah Modre) sebagai berikut :
Hubungan
Dasa Aksara dengan Linggih, Dewa
atau
Batara, serta Warna
No.
|
Tulisan Wijak-sara
|
Bunyi
Wijaksara
|
Linggih di
Bhuana Alit
|
Linggih di
Bhuana Agung
|
Dewa Batara
|
Warna
|
1.
|
Sa
|
Sang
|
Papusuhan
Jantung (hrdaya)
|
Timur
(purwa)
Sang
|
Hyang Iswara
|
Putih
|
2.
|
Ba
|
Bang
|
Ati
Hati (yakrta)
|
Selatan
(daksina)
Sang
|
Hyang Brahma
|
Merah
|
3.
|
Ta
|
Tang
|
Ungsilan
Buah pinggang
(verkka)
|
Barat
(Pascima)
|
Sang Hyang
Mahadewa
|
Kuning
|
4.
|
A
|
Ang
|
Ampru
Empedu (tikta)
|
Utara
(uttara)
|
Sang Hyang
Wisnu
|
Hitam
|
5.
|
I
|
Ing
|
Tengahing ati
Pertengahan
Hati (yakrt)
|
Tengah
(madya)
|
Sang Hyang
Siwa
|
Nila
|
6.
|
Na
|
Nang
|
Peparu
Paru (puphusa)
|
Tenggara
(agneya)
|
Sang Hyang
Maheswara
|
Dadu
|
7.
|
Ma
|
Mang
|
Usus (srota)
|
Barat daya
(neriti)
|
Sang Hyang
Rudra
|
Jingga
|
8.
|
Si
|
Sing
|
Limpa (phila)
|
Barat laut
(wayabya)
|
Sang Hyang
Sangkara
|
Hijau
|
9.
|
Wa
|
Wang
|
Ineban
Kerongkongan
(mahasrota)
|
Timur laut
(ersania)
|
Sang Hyang
Sambu
|
Biru
|
10.
|
Ya
|
Yang
|
Susunan
rangkaian hati (yakrthrdaya)
|
Tengah
(madya)
|
Sang hyang
Guru
|
Panca Warna
|
Aksara Sang di
dalam badan manusia atau bhuana alit
malinggih di jantung, di jagat raya atau bhuana agung berada di arah timur (purwa), dengan dewanya Sang
Hyang Iswara, serta lambang warnanya putih. Aksara Bang di bhuana
alit berada di hati, di bhuana agung posisinya
di arah selatan (daksina), dengan Sang Hyang Brahma sebagai batara atau dewanya, serta lambang merah
warnanya. Aksara Tang di bhuana alit berada
di ungsilan atau buah pinggang, di bhuana agung bersemayam di barat, dengan
Sang Hyang Mahadewa sebagai dewanya, dan lambangnya berwana kuning. Demikian
penjelasan seterusnya untuk aksara ang,
ing, nang, mang, sing, wang, dan yang,
pada matriks atau table tersebut.
Dasa Aksara ini terbagi
atas dua buah kelompok yang disebut Panca Brahma (agni, api) dan Panca Tirta (apah,
air). Panca Brahma terdiri atas
aksara Sang, Bang, Tang, Ang dan Ing, atau Sa-ba-ta-a-i. Sedangkan Panca Tirta terdiri atas Nang, Mang, Sing, Wang dan Yang, atau Na-ma Si-wa-ya. Kelima aksara
suci yang membentuk baik Panca Brahma maupun Panca Tirta tidak disebut sebagai
Panca Aksara.
Panca
Brahma
Kedudukan, Linggih atau sthana aksara suci dari Panca Brahma di dalam tubuh manusia (bhuana alit) berbeda dibandingkan dengan
kedudukan aksara suci Panca Tirta.
Sadyojata
(S.H. Iswara) dengan aksara wianjana:
Sa
(sang)
Bamadewa
(S.H. Brahma) dengan aksara wianjana:
Ba
(bang)
Tat
Purusha (S.H. Mahadewa) dengan aksara wianjana:
Ta
(tang)
Agora
(S.H. Wisnu) dengan aksara suara (vokal):
A
(ang)
Isana
(S.H. Siwa) dengan aksara suara (vokal):
I
(ing)
Di dalam ajaran Budha Mahayana, Panca
Dewata disebut dengan nama Panca
Tatagata, yang terdiri dari : 1. Aksobhya (Ah), 2. Ratnasambhawa (ung), 3.
Amitaba (Trang), 4. Amogasidhi (Hrih), 5. Wairocana (Ang).
Para Dewa atau Batara
Panca Brahma ini menempati dikpala, yakni
arah timur-barat dan selatan-utara dari bhuana
agung atau jagat raya. Untuk memperjelas mengetahui keterkaitan antara
aksara, unsur kanda pat, linggih (sthana)
atau kedudukannya baik di tubuh manusia (bhuana
alit) maupun (bhuana agung), serta
Dewa, Sang Hyang atau Batara dengan Panca Brahma dan panca
Dewata, dibuatkan tabel atau matriks sebagai berikut:
Hubungan
Panca Brahma dengan Wijaksara, Kanda Pat, Linggih dan Dewa
No.
|
Tulisan
Wijaksara
|
Bunyi &
Murti Siwa Wijaksara
|
Unsur Kanda
Pat
|
Linggih di
Bhuana Alit
|
Linggih di
Bhuana Agung
|
Dewa atau
Batara
|
1.
|
Sang
|
Sang
Perthiwi-murti
|
Ari-ari,
tembuni Plasenta
|
Charma
Kulit
|
Purwa
Timur
|
Sang
Hyang Iswara
|
2.
|
Bang
|
Bang
Agni-murti
|
Rah
Darah
|
Rah
Darah
|
Daksina
Selatan
|
Sang
Hyang Brahma
|
3.
|
Tang
|
Tang
Vayu-murti
|
Lamas/Lamad/selaput
Janin
|
Mamsa
Daging
|
Pascima
Barat
|
Sang
Hyang Mahadewa
|
4.
|
Ang
|
Ang
Jala-murti
|
Yah
nyom
Air
ketuban
|
Uat,
damani
Urat
|
Uttara
Utara
|
Sang
Hyang Wisnu
|
5.
|
Ing
|
Ing
Akasamurti
|
Dengen
Bhuta
|
Otak,
Mastiska
|
Madya
Tengah
|
Sang
Hyang Siwa
|
Panca Brahma selain malinggih di dalam tubuh manusia (Sang
Ibu) juga malinggih di dalam unsur
Kanda Pat dari manic, rare (bhruna, janin),
sehingga unsur ini memiliki juga kekuatan seperti para Dewa tersebut. Para dewa
dan unsur kanda pat ini adalah:
1. Wijaksara, Sang, Sadjyota, pertiwi atau tanah, Dewa Iswara, berada
di ari-ari (plasenta).
2. Wijaksara, Bang, Bamadewa, teja, agni, panas atau api, Dewa Brahma,
berada di rah (darah, rakta)
3. Wijaksara, Tang, Tat Purusha, vayu, bayu, atau udara, Dewa Mahadewa,
berada di lamas (lamad, selaput tipis
pembungkus badan janin)
4. Wijaksara, Ang, Aghora, Dewa Wisnu, apah, atau air, berada di yeh nyom (air ketuban)
5. Wijaksara, Ing, Isana, Dewa Siwa, akasa, embang atau ruang, berada di dengen (gelar kanda pat)
Unsur kanda pat yang terdiri dari air ketuban,
darah, selubung tipis, dan plasenta, merupakan unsur vital sebagai pembentuk,
pendukung dan penjaga kehidupan janin (bhruna)
selama berada di dalam kacupu manik,
garbhasaya, uterus atau kadungan ibu. Air ketuban atau yeh nyom berfungsi sebagai
bantalan bagi bhruna atau janin
sehingga terhindar tubuhnya dari berbagai guncangan dan benturan fisik. Sewaktu
lahir, air inilah yang bertugas sebagai pelopor, membuyka jalan agar licin,
sehingga janin mudah melaluinya, dan lahir dengan lancer serta selamat. Rah, rakta, atau darah berfungsi debagai pembawa makanan dari sang
ibu melalui ari-ari (plasenta) dan tali pusat ke dalam tubuh janin, serta
membawa limbah hasil produk sampingan metabolism janin ke ibu. Lamas, lamad atau selaput tipis
pembungkus janin (di dalamnya ada lemak tipis, vernixcaceosa), yang memisahkan antara yeh nyom dengan janin. Lamas ini
berfungsi sebagai penahan agar suhu tubuh janin tidak banyak dipengaruhi oleh
suhu lingkungan di luar tubuhnya. Tembuni,
ari-ari atau plasenta yang melekat
erat pada dinding bagian dalam dari garbasaya
(kacupu manik, uterus atau kandungan ibu), merupakan perantara antara sang
ibu dengan janin. Darah ibu ke luar masuk ke dalam badan janin membawa zat
makanan, oksigen serta unsur nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh bhruna atau janin, dan membawa kembali
dari janin ke ibu semua zat limbah termasuk Karbondioksida (CO2) yang merupakan
hasil metabolism janin. Demikian pula ketika lahir, dan setelah berada di luar
kandungan ibu, hidup mandiri sebagai manusia, unsur kanda pat ini tetap menjaga sang bayi dari gangguan niskala. Berdasarkan hal ini jelas
sangat besar bantuan unsure kanda pat tersebut.
oleh karena sangat besar jasanya, wajarlah keempat unsure ini dianggap sebagai nyama, semeton atau saudara, sehingga
disebut semeton patpat atau nyama patpat, empat saudara.
Panca Tirta
Wijaksara
dari
Panca Tirta malinggih, bersthana, berkedudukan, bermukim, atau
terletak pula di dalam tubuh manusia (bhuana
alit) dan jagat raya (bhuana agung) serta
ada pula kaitannya dengan para dewa atau batara. Kedudukan para dewa atau batara
Panca Tirta ini berada di widikpala, yakni
di sudut-sudut arah penjuru mata angin. Berlainan halnya dengan para dewa dari
Panca Brahma. Beliau ini berada tepat di arah kelima penjuru angin. Panca
Brahma membentuk tanda tambah atau silang tampak
dara, atau swastika tegak lurus
timur-barat dan selatan-utara, berada di dikpala.
Sedangkan Panca Tirta membentuk tanda tambah dengan arah menyilang, yakni
tanggara-barat laut dan barat daya-timur laut, berada di widikpala. Matriks atau tabel berikut ini akan memperjelas hubungan
tersebut:
Hubungan
Panca Tirta dengan Wijaksara, Linggih dan Dewa
No.
|
Bunyi
Wijaksara
|
Linggih di
Bhuana Alit
|
Linggih di
Bhuana Agung
|
Dewa Batara
|
1.
|
Nang
|
Paparu
Paru
|
Agneya
Tenggara
|
Sang
Hyang Mahesora
|
2.
|
Mang
|
Usus
Usus
|
Neriti
Barat
Daya
|
Sang
Hyang Rudra
|
3.
|
Sing
|
Limpa
Limpa
|
Wayabya
Barat
laut
|
Sang
Hyang Sangkara
|
4.
|
Wang
|
Ineban
Sekat
rongga dada
|
Aisania
Timur
laut
|
Sang
Hyang Sambhu
|
5.
|
Yang
|
Tumpuking
ati
Pusat
hati
|
Madya
Tengah
|
Sang
Hyang Iswara/Siwa
|
Dasa
Bayu
Dasaksara
sering
pula dikaitkan dengan dasa bayu, sepuluh
kekuatan bayu, energy, prana atau angin. Oleh karena bayu itu berarti pula prana, maka dasa bayu ini disebut pula dasa
prana. Dasa bayu inipun dibagi atas dua kelompok berdasarkan atas hubungan
kekuatannya dengan para dewa dan gerakan manusia. kelompok I memendam bayu, tenaga, energy, yang berhubungan
dengan kekuatan para dewa, terdiri atas: prana,
udana, samana, apana, dan wyana. Sedangkan
kelompok II yang memiliki bayu, tenaga,
energy, yang erat hubungannya dengan kekuatan gerak manusia, terdiri atas: naga, kurma (kumara), krakara, dewadatta, dan
dhananjaya. Jikalau digambarkan
hubungan antara dasa aksara, dasa bayu, atau
dasa prana dengan linggih, menurut kitab Krakah Modre
adalah sebagai berikut:
Hubungan
antara Aksara, Dasa Bayu, dan Linggihnya
No.
|
Bunyi Aksara
|
Dasa Bayu
Dasa Prana
|
Linggih
|
1.
|
Ong-kara
|
Prana
|
Mulut
dan hidung
|
2.
|
Ing-kara
|
Apana
|
Alat
kelamin dan dubur
|
3.
|
Ang-kara
|
Samana
|
Hati
|
4.
|
Ksang-kara
|
Udana
|
Ubun-ubun
|
5.
|
Mang-kara
|
Wyana
|
Persendian/gerakan
|
6.
|
Rang-kara
|
Naga
|
Pusat
memeluk
|
7.
|
Lung-kara
|
Kumara
|
Pusat
gemetar
|
8.
|
Wang-kara
|
Krakara
|
Pusat
bersin
|
9.
|
Yang-kara
|
Dewadatta
|
Pusat
menguap
|
10.
|
Ang-kara
Ung-kara
|
Dananjaya
|
Pusat
bersuara
|
Dasa Aksara yang
bertempat baik di dalam tubuh manusia (bhuana alit) dan di jagat raya (bhuana
agung), juga memiliki keterkaitan dengan Dewata Nawa Sanga. Dewata Nawa Sanga
merupakan Sembilan dewa yang berfungsi sebagai penjaga atau penguasa Sembilan
arah mata angin/penjuru alam. Aksara sa-ba-ta-a-i-na-ma si-wa-ya yang termasuk
ke dalam dasa aksara juga merupakan aksara suci dari Dewata Nawa Sanga. Berikut
adalah dewa-dewa yang termasuk Dewata Nawa Sanga beserta aksara suci dan
saktinya, yaitu:
No.
|
Nama Dewa
|
Aksara Suci
|
Sakti
|
1.
|
Dewa
Iswara
|
Sa
|
Dewi
Uma
|
2.
|
Dewa
Maheswara
|
Na
|
Dewi
Laksmi
|
3.
|
Dewa
Brahma
|
Ba
|
Dewi
Saraswati
|
4.
|
Dewa
Rudra
|
Ma
|
Dewi
Samodhi/Santani
|
5.
|
Dewa
Mahadewa
|
Ta
|
Dewi
Sanci
|
6.
|
Dewa
Sangkara
|
Si
|
Dewi
Rodri/Warahi
|
7.
|
Dewa
Wisnu
|
A
|
Dewi
Sri
|
8.
|
Dewa
Sambhu
|
Wa
|
Dewi
Mahadewi
|
9.
|
Dewa
Siwa
|
I/Ya
|
Dewi
Durga/Parwati
|
III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Dasa Aksara ini terdiri
atas 10 aksara suci atau wijaksara, yaitu
: Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, dan Yang. Kesepuluh dari
aksara ini berasal dari delapan buah aksara wianjana
(sa, ba, ta, na, ma, si, wa dan ya) dan dua buah aksara suara (a dan i). Masing-masing dari
aksara ini mempunyai linggih, genah,
sthana (tempat, kedudukan) baik di dalam badan manusia (bhuana alit, mikrokosmos), maupun di
alam raya (bhuana agung, makrokosmos).
Dasa Aksara ini terbagi
atas dua buah kelompok yang disebut Panca Brahma (agni, api) dan Panca Tirta (apah,
air). Panca Brahma terdiri atas
aksara Sang, Bang, Tang, Ang dan Ing, atau Sa-ba-ta-a-i. Sedangkan Panca Tirta terdiri atas Nang, Mang, Sing, Wang dan Yang, atau Na-ma Si-wa-ya. Panca Brahma malinggih di dalam tubuh manusia (Sang
Ibu) juga malinggih di dalam unsur
Kanda Pat dari manic, rare (bhruna, janin),
sehingga unsur ini memiliki juga kekuatan seperti para Dewa. Panca Tirta malinggih, bersthana, berkedudukan, bermukim, atau terletak pula di dalam tubuh
manusia (bhuana alit) dan jagat raya (bhuana agung) serta ada pula kaitannya
dengan para dewa atau batara. Panca Brahma membentuk tanda tambah atau silang tampak dara, atau swastika tegak lurus timur-barat dan selatan-utara, berada di dikpala. Sedangkan Panca Tirta membentuk
tanda tambah dengan arah menyilang, yakni tanggara-barat laut dan barat
daya-timur laut, berada di widikpala.
3.2 Saran
Umat Hindu di Bali pada
umumnya dan umat Hindu di seluruh dunia, agar bisa memahami tentang Dasa
Aksara, karena Dasa Aksara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi Bhuana
Alit dan Bhuana Agung.
DAFTAR PUSTAKA
Nala, Ngurah.2006. Aksara Bali Dalam Usada. Surabaya: Paramita
Tim Penyusun. 2012. Bahan Ajar Agama Hindu SMP Kelas VIII Semester
I. Singaraja: UD Laksamana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar